Tuesday, March 31, 2009

kemajuan Umat Ditentukan Kedalamannya Memahami Alquran

kemajuan Umat Ditentukan Kedalamannya Memahami Alquran

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling maha pemurah. Yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS: Al Alaq 1-5).

ITULAH wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad saw empat belas abad silam. Surat yang turun di Gua Hira itu sekaligus deklarasi Tuhan kepada umat manusia tentang kenabian dan kerasulan Muhammad.

Selama kurang lebih 22 tahun Alquran turun secara bertahap dan memberi orientasi serta bimbingan kepada Nabi Muhammad saw dalam membina umatnya.

ANTARA
ALQURAN RAKSASA: Tiga anggota tim kreatif tengah memperbaiki Alquran raksasa yang terbuat dari 350 kg cokelat putih di Hotel Grand Melia, Jakarta, kemarin. Alquran setinggi 1,75 m dan lebar 2,5 m tersebut bertuliskan surah Al-Baqarah ayat 183-185 mengenai kewajiban kaum muslim menunaikan ibadah puasa.

Menurut pendapat jumhur ulama, Alquran diturunkan pada tanggal 17 Ramadan. Makanya, salah satu nama lain dari bulan Ramadan adalah syahrulquran atau bulan saat Alquran diturunkan.

Benar adanya, waktu turun Alquran adalah hal prerogatif Allah, namun apakah hikmah di balik penurunan Alquran di bulan Ramadan?

Menurut mantan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ali Yafie, momentum Nuzulul Quran pada bulan Ramadan menunjukkan Allah memuliakan Ramadan dengan hiasan Alquran.

Dan, ini tercantum dalam QS: Al Baqoroh ayat 184.

"Alquran adalah petunjuk (hudan) bagi manusia. Di dalam Alquran termaktub berbagai cara hidup manusia agar mencapai kemuliaan. Barang siapa yang menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat, maka manusia harus mengikuti semua petunjuknya. Sebaliknya, jika kita tidak mengikutinya, berarti kita memilih jalan hidup yang tidak mulia," tambah Ali Yafie.

Menurut ulama kelahiran Sulawesi Selatan ini, perkataan iqro sebagai syariat pertama dan ayat pertama menunjukkan dan mengingatkan agar umat Islam harus membaca, menelaah, dan mengkaji agar menjadi umat terbaik.

"Iqro sebagai ayat pertama yang diturunkan Allah adalah syariat pertama. Ia mendahului semua syariat Islam, termasuk salat dan puasa. Ini menunjukkan ada pelajaran penting yang harus ditangkap umat Islam dalam wahyu pertama tersebut," jelas Rektor Institut Ilmu Alquran (IIQ) ini.

Mengomentari kondisi umat sekarang yang masih mengabaikan pentingnya perintah Allah agar manusia mengutamakan untuk membaca, Ali Yafie mencontohkan masih banyaknya umat Islam yang tidak bisa membaca, tetapi sudah menunaikan ibadah haji.

"Ini bukan salah kaprah, tetapi tidak tertib dalam menjalankan syariat Islam. Padahal, unsur ketertiban menjadi sangat penting dalam melaksanakan ajaran agama," ujarnya memberikan pengandaian.

Diakui atau tidak, keterbelakangan umat Islam karena tidak memiliki daya baca yang memadai. Sebab, kemajuan sebuah umat atau bangsa ditentukan oleh kecerdasannya. Kecerdasan ini didapatkan dari membaca, baik membaca secara mazaji maupun hakiki.

"Seharusnya umat Islam intens membaca yang tersurat berupa Alquran dan yang tersirat yang berada di dalam diri dan alam semesta." Kedua ayat Tuhan itu merupakan sumber ilmu pengetahuan yang tidak pernah kering untuk digali. Bahkan semakin dibaca, kian banyak yang ditemukan. Hal ini tentu saja sangat berharga bagi kemajuan umat Islam itu sendiri," papar Ali Yafie, lagi.

Untuk meningkatkan daya baca umat Islam, ungkap Guru Besar IIQ ini, maka harus ada kerja sama yang baik antara ulama dan umara (pemerintah). Dalam penilaiannya, sejauh ini kedua elemen tersebut cenderung berjalan sendiri-sendiri sehingga tidak optimal dalam menggerakkan umat Islam untuk membaca.

"Kuncinya memang kebersamaan antara ulama dan umara. Selama keduanya tarik-menarik dan tidak mendahulukan kepentingan umat, maka selama itu pula umat terbelakang," imbuh Ali Yafie.

Hikmah proklamasi

Menurut penggagas fikih sosial ini, satu hal lagi yang dilupakan atau tidak diketahui umat Islam Indonesia adalah proklamasi kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada bulan Ramadan. Tepatnya hari Jumat tanggal 9, 1366 H.

Ketika menilik waktu proklamasi itu, kata Ali Yafie, seharusnya umat Islam mengembangkan sebuah nasionalisme yang berlandaskan Alquran atau nasionalisme religius, karena Ramadan adalah bulan di mana Kitab Suci Alquran diturunkan. "Ini penting untuk disosialisasikan kepada masyarakat muslim Indonesia, sehingga akan menumbuhkan kecintaan pada Tanah Air dengan landasan Alquran."

Senada dengan Ali Yafie, Ketua MUI Umar Shihab mengungkapkan bahwa iqro adalah perintah membaca kepada umat Islam. Dalam kaidah ushl fiqh perintah pada mulanya adalah wajib.

"Alquran itu penuntut, pedoman, dan way of life bagi semua umat manusia. Ia tidak hanya membimbing umat Islam, tetapi semua umat manusia jika mengikuti perintah dan larangan Alquran akan hidup bahagia. Sebaliknya, siapa pun yang meninggalkan perintah kitab suci, ia akan sengsara," tambah Umar Shihab.

Ulama kelahiran Sulawesi Selatan ini menjelaskan tentang nama Alquran. Allah sengaja memberi nama Alquran karena bermakna bacaan. Karena itu, umat Islam wajib membaca, mengkaji, dan mengamalkannya.

Keistimewaan Alquran lain adalah tidak pernah satu saat pun di dunia ini Alquran berhenti dibaca. Artinya, setiap waktu ada orang yang membaca Alquran terlepas di mana dan kapan orang membacanya.

"Kalau hari ini kondisi umat Islam sangat jauh dari yang didambakan Alquran, berarti kaum muslimin memang tidak membaca, mengkaji, dan mengamalkan Alquran. Sebab tidak mungkin kondisi umat Islam bertentangan dengan yang digambarkan Alquran jika ia memahaminya secara benar," tegas Umar Shihab.

Untuk menuntut umat ke kondisi yang dicita-citakan Alquran, dalam pandangan Umar Shihab, maka semua elemen harus terlibat secara sinergis, baik ulama, pemerintah, pemikir Islam, maupun guru agamanya. Dengan kerja sama dan saling mengisi antarelemen, diharapkan umat Islam dalam waktu yang tidak lama lagi menjadi umat yang diidealkan kitab suci tersebut. (Dud/P-6)Kehidupan Kontemporer dalam Teologi yang Mandul

No comments: