Sunday, March 29, 2009

BERPIKIR DIALEKTI TENTANG GLOBALISASI

BERPIKIR DIALEKTI
TENTANG GLOBALISASI



1. Pengertian Berpikir Dialektik dan Globalisasi
Berpikir dialektik adalah berpikir tentang
sesuatu (kondisi alam dan kondisi sosial) secara
menyeluruh. Hakikatnya segala sesuatu yang dapat
ditangkap oleh indera itu adalah saling hubungan,
kontradiksi, berubah, dan berkembang. Oleh sebab itu
dalam menganalisis globalisasi harus berdasarkan teori
saling hubungan, kontradiksi, dan teori perubahan dan
perkembangan. Tidak ada sesuatu yang ada secara
materiil di dunia ini yang berdiri sendiri, semuanya
saling berhubungan satu dengan yang lainnya, saling
kontradiksi, dan bergerak menuju kualitas yang lebih
baik.
Globalisasi adalah suatu proses yang menempatkan
masyarakat dunia bisa saling berhubungan dalam bidang
ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Paham yang
demikian itu disebut globalisme atau neo-liberalisme.
Tiga faktor yang mendorong globalasiasi ialah:
§ Kekuatan kaum kapitalis internasional atau
multi national corporation (MNC) yang mampu beroperasi
hampir diseluruh dunia
§ Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
atau IPTEK, khususnya di bidang telekomunikasi
§ Dukungan pemerintah Negara-Negara Sedang
Berkembang atau NSB terhadap ekspansi kaum kapitalis
internasional di negara mereka

2. Keynesianisme
Paham kaum kapitalis yang menyatakan bahwa negara
harus ikut campur dalam kehidupan ekonomi diwaktu
terjadi krisis. Paham ini lahir ketika kapitalisme
mengalami krisis besar pada tahun 1930-an.
Globalisme atau Neo-liberalisme (pengikut Ricardo dan
Adam Smith)
Paham yang menyatakan bahwa:
§ Kaum kapitalis harus diberi kebebasan untuk
berbisnis antar negara atau antar bangsa tanpa
hambatan, agar sumber-sumber daya ekonomi dapat
dimanfaatkan seefektif dan seefisien mungkin
§ Suatu negara harus mengadakan spesialisasi
komoditi berdasar keunggulan yang mereka miliki
Penerapan paham neo-liberalisme adalah kaum kapitalis
internasional lebih mudah mendominasi ekonomi NSB,
karena pada umumnya NSB hanya mempunyai keunggulan
tenaga kerja buruh melimpah dengan upah rendah dan
sumber daya alam yang belum diolah karena belum
memiliki teknologi yang memadai.
NSB harus menyesuaikan diri dan harus mengikuti
kemauan kaum kapitalis internasional, jika mereka
menerima konsep globalisme. Dengan demikian para
birokrat NSB harus bertindak sebagai pelayan proses
globalisasi tersebut. Hakikatnya para birokrat NSB
menjadi kepanjangan tangan kaum kapitalis
internasional yang beroperasi negerinya, dan mereka
menerima imbalan yang dapat digunakan untuk membentuk
modal dan hidup konsumtif.
Dampak dari proses globalisasi itu, kaum birokrat di
NSB memiliki dua karakter yaitu sebagai kepanjangan
tangan kaum kapitalis internasional dan menggunakan
kekuasaanya untuk membentuk modal. Itu semua dilakukan
karena pengaruh dari kehidupan kaum kapitalis
internasional yang dapat mengeruk keuntungan
dinegerinya.



3. Globalisasi: Teknik Penghisapan Bangsa Atas Bangsa
Saya sangat sedih sekali bahwa saat ini hanya
ada sebagian kecil anak bangsa ini yang sadar adanya
bahaya globalisasi. Globalisasi hakikatnya adalah
teknik penghisapan negara maju terhadap negara sedang
berkembang melalui mekanisme pasar bebas (persaingan
bebas). Penghisapan itu melalui tiga jalur yaitu
transfer modal, transfer ilmu dan teknologi, dan
transfer skill. Ketiga jalur itu merupakan mata rantai
komoditi yang harus diterima oleh negara-negara sedang
berkembang melalui kaum kapitalis birokrat dan kaum
kapitalis komprador.
Di negara-negara maju telah mengalami tiga
kesulitan utama yaitu: (1) lahan untuk investasi sudah
tidak tersedia, (2) pasar hasil produksi sudah jenuh,
dan (3) sumber bahan baku dan energi langka. Ketiga
kesulitan itu yang menyebabkan kaum pemikir negara
maju menciptakan konsep baru yang disebut globalisme,
yaitu suatu ideologi baru kaum kapitalis internasional
untuk menghegemoni dan mendominasi pola pikir dan pola
perilaku masyarakat negara-negara sedang berkembang
untuk tetap berkeyakinan bahwa dengan bekerja sama
dengan negara maju, mereka dapat meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.
Jika globalisme negara maju itu diterima oleh
para pemikir dan penguasa negara-negara sedang
berkembang berarti mereka memberikan ruang bernafas
baru bagi negara maju untuk: (1) memperoleh keuntungan
atas inverstasinya di NSB, (2) menguasai hajat hidup
masyarakat NSB dengan bergantung pada produk mereka,
dan (3) menguasai sumber-sumber daya alam NSB. Bagi
NSB, sebagian besar rakyatnya akan menjadi kulinya
bangsa-bangsa atau budak-budak modern yang bermadi
keringat dan bercucuran air mata di satu pihak dan di
pihak lain ada sebagian kecil masyarakat NSB mendapat
tempat mulia di mata negara-negara maju. Itu berarti
globalisasi akan berdampak buruk bagi NSB yakni
melebarkan jurang perbedaan antara kaum miskin (rakyat
jelata) yang hidup sebagai budak-budak modern, dan
membahagiak sebagian kecil kaum berpunya yang
mewakili kepentingan negara-negara maju di tanah
leluhurnya sendiri. Jika globalisasi diterima tanpa
kritik oleh para pemikir dan para penguasa NSB,
berarti kaum pekiir dan kaum birokarta akan makin jauh
eksistensinya dengan rakyat.
Hakikatnya globalisasi adalah kolonialisme
bentuk baru Ide globalisasi adalah ide kapitalisme
yang disebarkan oleh negara maju ke NSB melalui para
pemikir untuk diteruskan kepada para penguasa NSB.
Oleh sebab itu yang memperkenalkan ide globalisasi
yang pertama-tama adalah para pemikir negara maju,
kemudian dilanjutkan oleh para pemikir NSB,
selanjutnya para penguasa NSB yang melaksanakannya.
Globalisasi itu mempunyai tiga dimensi yaitu ideologi
kapitalisme, ekonomi pasar bebas, dan teknologi
informasi yang tidak mengenal batas-batas negara.
Ketiga dimensi itu bagi negara-negara maju adalah
merupakan barang dagangan yang harus dipasarkan dengan
berbagai cara. Jika perlu dengan cara menumbangkan
pemeritahan nasionalis progresif yang anti dengan
berbagai bentuk penjajahan, atau nasionlis yang akti
penghisapan bangsa atas bangsa.



4. Para Kritikus Globalisasi
Pada konferensi tingkat tinggi negara-negara
kelompok 15 atau G-15 di jakarta pada tanggal 30-31
Mei 2001, berbagai kritikus terhadap globalisasi telah
muncul, yaitu antara lain sebagai berikut.

Mahathir (Perdana Menteri Malaysia)
1. Globalisasi pinggirkan negara-negara sedang
berkembang (NSB), karena negara maju (NM) memiliki
teknologi komunikasi yang canggih, dan NM memaksakan
NSB harus meliberalisasikan perdagangannya tanpa
peduli apakah ekonomi mereka siap atau tidak untuk
menanggung proses itu.
2. NM menekan NSB untuk menyepakati sebuah babak
baru negosiasi Organiasi Perdagangan Dunia (World
Trade Organization, WTO).
3. IMF telah menjadi instrumen politik daripada
satu institusi rehabilitasi financial. Penderitaan
rakyat banyak tidak dipedulikan, yang penting bagi IMF
ialah bahwa NSB harus melaksanakan arahan-arahannya
4. NSB belum mampu membiatyai infrastruktur
teknologi komunikasi canggih
5. NM 50% penduduknya sudah menggunakan internet,
sedang di NSB kurang dari 20%, akibatnya NSB miskin
informasi, NSB tetap menjadi NSB

Robert Gabriel Mugabe (Presiden Zimbabwe)
1. Hubungan NM dan NSB adalah hubungan antara
kaisar dan koloni jajahannya, antara tuan dan budak,
antara penguasa dan tawanan yang mendodminasi planet
bumi ini pada abad ke 18 sampai akhir dekade abad ke
20
2. Dunia manju didominasi oleh negara-negara
kelompok 8 (G8), yang selama dua abad memandang diri
mereka seolah-olah pemilik tanah dan negara-negara
orang lian, menguasai bangsa lain, dan merendahkan
budaya serta peradaban bangsa lain.
3. NSB harus merespon berbagai kesenjangan
gtatanan sosial, ekonoki , dan politik yang arepresif
dan eksploitatif ini tidak hanya dengan aksi protes,
akan tetapi juga dengan perjuangan ketahanan, dan
revolusi


5. Perbedaan Pengertian
GLOBALISME
Ideologi penguasa ekonomi dunia serta kaum
neo-liberalisme yang berpandangan mono-kausalitas,
yaitu melihat segala sesuatu dari dimensi ekonomi
saja.

GLOBALISASI
Proses perubahan budaya (tata pikir dan perilaku) yang
dampak penyerahan kedaulatan negara nasional kepada
perusahaan transnasional (global players). Dengan
jaringan yang kuat dan luas, kekuasaaan perusahaan
raksasa transnasional ini dari waktu ke waktu semakin
mencekeram.

GLOBALITAS
Kenyataan bahwa kita telah lama hidup dalam sebuah
masyarakat dunia, di mana ada kebinekaan tanpa
ketunggalikaan.

KETIMPANGAN DUNIA
· 1970-1990 produksi global meningkat dari US$
4,000 milyar menjadi US$ 23,000 milyar.
· Orang miskin meningkat lebih dari 20%
· 47 negara miskin dalam perdagangan dunia
menyusut (1960-1990) dari 4% menjadi 1%.


PERDAGANGAN DUNIA (Beck 1997, dan Spiegel 1996)
1974-1995 meningkat dari US$ 479 milyar menjadi US$
4,940 milyar. Yang terjadi adalah marginalisasi
negara-negara miskin dalam perdagangan dunia.
Negara-negara itu hanyalah obyek politik dunia
(Nuscheler, 1998:24).

DEMOKRASI
Demokrasi terancam bila globalisasi digenjot tanpa
kontrol; seberapa jauh demokrasi dapat bertahan jika
digerogoti kemiskinan? (Beck, 1997:24).

PENDIDIKAN GLOBAL
· Membantu memperckuat jaringan transnasional
(global players), atau penolakan total untuk
bersinggungan dengan proses globalisasi.
· Permasalahan kunci dunia modern adalah perang
dan damai, nasionalisme yang dihubungkan dengan
keunikan budaya dan hubungan antar budaya, masalah
lingkungan, kesenjangan sosial, bahaya penerapan
teknologi.
· di Swiss: Sekolah demi Dunia yang Satu:
perluasan wawasan pendidikan, refleksi identitas,
perubahan pola hidup, dan hubungan antara lokal dan
global.
· Manusia otonom (ideal) yaitu manusia yang
bertanggung jawab memproleh pengakuan dan mampu
menilai dengan jernih dan etis, berdaya nalar dan
terbuka bagi perubahan serta belajar sepanjang hidup.
· Cara berpikir dialektik (saling hubungan),
holistik, refleksi terhadap pengalaman sejarah,
orientasi pada aksi, harmoni sosial, dan tanpa
kekerasan.
· Keterpaduan lintas sektoral dalam perencanaan
pendidikan, tempat dan suasana belajar, struktur
waktu dan metode ajar-mengajar. Produk: manusia yang
peka terhadap pengamatan gejala sosial, empati,
perubahan perspektif, bertanggung jawab, refleksi
diri, kooperatif, mampu mengatasi konflik, dan
berpikir sistematis.
· Faktor sosial yang menunjang: kesadaran saling
ketergantungan secara global, perlunya information
society, pengakuan tentang eksistensi berbagai
subkultur, kemitraan gender, orientasi masa depan,
pembangungan berkelanjutan, pengakutan identitas
budaya, dan masyarakat berkeadilan.
· Konsep Sekolah bagi Dunia yang Satu: sebuah
proses diskusi dan inisitatif dari berbagai pihak,
bukan olah pikir ilmuwan perorangan.
· Sekolah adalah benteng pertahanan generasi
mendatang. Siapa yang mampu sekolah dan generasi mana
yang mampu bertahan?

TRASNASIONAL (MNC)
MNC sadar bahwa pemahaman antar budaya telah
mendongkrak kesuksesan penjualan produknya.

Negara Sedang Berkembang
· Mencemaskan ?kolonisasi modern? yang dibawa
oleh proses globalisasi. Banyak cendekiawan
berinisiatif melawan keyakinan buta tentang
pertumbuhan dan pembangunan tanpa batas.
· Globalisasi adalah rekayasa manusia MNC untuk
menguasai ekonomi, sosial, politik, dan budaya
(pendidikan). Kompas, Selasa 11 April 2000

6. Krisis Kapitalisme Global
Ide globalisasi lahir sejak menangnya kaum bourjuis
dalam Revolusi Perancis 1779. Kaum feodal
ditumbangkan, sistem ekonomi diubah dari sistem
ekonomi feodalisme menjadi sistem ekonomi
liberal-kapitalisme, di mana uang mejadi ?raja? yang
memutuskan segala perkara. Kata uang adalah merupakan
undang-undang yang harus ditaati oleh seluruh umat
manusisa yang mendewakan sistem tersebut. Barang siapa
berani melawan uang berarti berani melawan raja dan
dewa. Karena uang itu merupakan barang (material),
maka uang ada yang memilikinya yaitu manusia. Manusia
mencipta uang, kemudian tunduk dan berbakti kepada
uang. Barang siapa pemilik uang dalam sistem ekonomi
liberal-kapitalisme, mereka adalah raja dan dewa yang
disembah oleh anggota masyarakat kapitalis.
Dalam masyarakat kapitalis, uang berfungsi
sebagai alat pertukaran dan sebagai modal. Sebagai
alat pertukaran, uang menentukan harga sesuatu barang
dagangan, dan sebagai kapital, uang menentukan
penguasa politik (raja, perdana menteri, presiden,
?dewa?). Karena untuk menjadi raja, perdana menteri,
presiden, dsb., di alam sosial liberal-kapitalisme
harus membutuhkan uang sebagai alat pertukaran,
artinya jabatan tersebut adalah merupakan barang
dagangan yang harus dipertukarkan dengan uang dan
bertujuan mencari keuntungan. Dalam cara pandang yang
demikian inilah kaum kapitalis mengatakan bahwa
kehidupan manusia kushusnya kehidupan bisnis harus
tunduk pada hukum self-regulating market, artinya
kekuatan permintaan dan penawaran yang menentukan
harga sesuatu komoditi termasuk kekuasaan politik.
Ide self-regulating market dipasarkan
keseluruh penjuru dunia, terutama ke negeri-negeri
sedang berkembang, sebagai alat yang ampuh untuk
memperbaiki kondisi ekonomi, sosial, dan politik.
Proses transformasi ide itu disebut globalisasi, dan
idenya disebut globalisme, sedangkan kondisi nyata
kehidupan sosialnya disebut globalitas. Globalisme
adalah Ideologi penguasa ekonomi dunia dan kaum
neo-liberalisme yang berpandangan mono-kausalitas,
yaitu melihat segala sesuatu dari dimensi ekonomi
saja. Globalisasi adalah rekayasa manusia MNC untuk
menguasai ekonomi, sosial, politik, dan budaya
(pendidikan)(Kompas, Selasa 11 April 2000), atau
globalisasi adalah proses perubahan budaya (tata pikir
dan perilaku) yang dampak penyerahan kedaulatan negara
nasional kepada perusahaan transnasional (global
players); dengan jaringan yang kuat dan luas,
kekuasaaan perusahaan raksasa transnasional ini dari
waktu ke waktu semakin mencekeram. Sedangkan
pengertian globalitas adalah suatu kenyataan bahwa
kita telah lama hidup dalam sebuah masyarakat dunia,
di mana ada kebinekaan tanpa ketunggalikaan.
Ideologi globalisme lahir pada tahun 1776 oleh
Adam Smith. Tesisnya adalah bahwa negara tidak boleh
campur tangan dalam kegiatan ekonomi. Kegiataan
ekonomi akan ditentukan oleh ?tangan ajaib? yaitu oleh
kekuatan pasar atau kekuatan permintaan dan penawaran.
Ideologi itu merupakan cermin dari masyarakat bourjuis
pada saat itu sedang berkembang di daratan Eropa. Ia
merupakan kesadaran kelas bourjuis yang berdasar uang
berperan sebagai kapital. Dalam proses
perkembangannya, ideologi tersebut melahirkan
penjajahan bangsa atas bangsa lain yang melahirkan
paham kolonialisme. Proses penjajahan itu melahirkan
dua perang besar dunia, yaitu Perang Dunia Pertama
(1911-1914) dan Perang Dunia Kedua (1939-1945). Dua
perang dunia itu adalah perangnya sesama negara
penjajah dalam memperebutkan daerah jajahan yang kaya
akan sumber daya alam yaitu bangsa-bangsa Afrika,
Asia, dan Amerika Latin. Hakikatnya uang sebagai
kapital melahirkan perang, sesama manusia saling
membunuh untuk uang (harta) dan kuasa.
Dua negara besar pemilik modal besar yaitu
Inggris dan Amerika menyadari bahwa sistem penjajahan
secara fisik melahirkan nasionalisme dan kemerdekaan
bangsa-bangsa di dunia. Itu adalah kenyataan sejarah
yang tidak dapat dibendung. Atas dasar kondisi nyata
tersebut, mereka (pemimpin kedua negara itu) berpikir
untuk membentuk sistem penjajahan baru (imperalisme),
di mana penjajahan dilakukan dengan menggunakan
kapital, teknologi, dan keahlian sumber daya manusia
dalam berbisnis. Kekuatan militer berdiri dibelakang
untuk menopangnya. Jika tiga kekuatan (kapital,
teknologi, dan ilmu) dapat mengatasi semua problem
yang muncul akibat penjajahan bentuk baru
(imperalisme), maka militer bisa istirahat. Tetapi
kalau tiga kekuatan itu tidak bisa mengatasi masalah,
maka kekuatan militer harus bertindak bangsa-bangsa
yang anti imperalisme. Tindakan militer itu yang
sekarang dilakukan oleh Inggris dan Amerika di Irak,
Iran, Vietnam, Afganistan, Panama, dan beberapa negari
lainnya.




=

No comments: