Wednesday, April 1, 2009

KONFLIK IDEOLOGI

KONFLIK IDEOLOGI
Oleh : Dr. Darsono P, SE, SF, MA, MM.

Ideologi sebagai keyakinan yang diperjuangkan,
penganutnya rela berkorban demi perjuangan
ideologinya. Oleh sebab itu ideologi tidak pernah mati
sepanjang sejarah perkembangan masyarakat. Di dunia
dewasa ini hanya ada dua idologi yaitu kapitalisme dan
sosialisme. Dua ideologi itu konflik antagonis
sepanjang masa. Dengan konflik itu melahirkan kemajuan
ilmu sosial yang makin berkembang maju dan melahirkan
berbagai paradigma baru.

Kapitalisme
Kapitalisme adalah suatu ideologi yang mengagungkan
kapital milik perorangan atau milik sekelompok kecil
masyarakat sebagai alat penggerak kesejahteraan
manusia. Kepemilikan kapital perorangan atau
kepemilikan kapital oleh sekelompok kecil masyarakat
adalah dewa di atas segala dewa, artinya semua yang
ada di dunia ini harus dijadikan kapital perorangan
atau kelompok kecil orang untuk memperoleh keuntungan
melalui sistem kerja upahan, di mana kaum pekerja
(buruh) sebagai produsen diperas, ditindas, dan
dihisap oleh kaum kapitalis.
Bapak ideologi kapitalisme adalah Adam Smith dengan
teorinya The Wealth of Nations yaitu kemakmuran
bangsa-bansa akan tercapai melalui ekonomi persaingan
bebas, artinya ekonomi yang bebas dari campur tangan
negara. Kemudian Ideologi kapitalisme diperbaharui dan
dikembangkan oleh Keynes dengan teorinya Campur
Tangan Negara dalam Ekonomi khususnya dalam
menciptakan kesempatan kerja, menetapkan tingkat suku
bunga, tabungan, dan investasi, W.W. Rostow dengan
teorinya The Five Stage Scheme, Harrod-Domar dengan
teorinya Tabungan dan Investasi, Mc Clelland dengan
teorinya The Need for Achievement, Reagan dan Tacher
dengan teorinya Neo-Liberalisme atau Globalisasi Pasar
Bebas atau teori Kedalualatan Pasar Bebas. Pelaksanaan
teori-teori tersebut di atas didukung oleh IMF
(international Monetary Fund), World Bank, dan para
konglomerat internasional.

Sosialisme
Sosialisme ialah suatu ideologi yang mengagungkan
kapital milik bersama seluruh masyarakat atau milik
negara sebagai alat penggerak kesejahteraan manusia.
Kepemilikan bersama kapital atau kepemilikan kapital
oleh negara adalah dewa di atas segala dewa, artinya
semua yang ada di dunia ini harus dijadikan kapital
bersama seluruh masyarakat untuk meningkatkan
kesejahteraan melalui sistem kerja sama, hasilnya
untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama, dan distribusi
hasil kerja berdasar prestasi kerja yang telah
diberikan.
Ideologi sosialisme hakikatnya adalah menelanjangi
keserakahan kapitalisme. Bapak ideologi sosialisme
adalah Karl Marx dengan teorinya Materialisme
Dialektika dan Materialisme Historis, dan Das Kapital.
Kemudian ideologi sosialisme dikembangkan oleh
Althusser dengan teorinya Strukturalisme, Antonio
Gramsci dengan teorinya Hegemoni, Samir Amin dan Adre
Gunder Frank dengan teorinya Ketergantungan, Max
Hokreimer, Hebert Marcuse, Theodor W. Adorno dengan
teori Kritisnya yang ingin membebaskan manusia dari
belenggu penindasan dan penghisapan, tetapi anti
dogmatisme yang artinya Marxisme tidak boleh dijadikan
dogma (keyakinan membuta).

Post Modernisme dan Post Marxisme
Kedua ideologi ini lahir karena kontradiksi antara
kapitalisme dan sosialisme yang makin menajam. Mereka
mencari jalan keluar, pemikir kapitalis mencari jalan
keluar berupa Post Modernisme sedangkan pemikir
sosialis mencari jalan keluar berupa Post Marxisme.
Kedua ideologi ini hakikatnya adalah revisionisme,
mengaburkan paham kapitalisme dan sosialisme.

Post Modernisme
Post Modernisme ialah ideologi tentang hak untuk
berbeda (The Right of Different) yang menolak
penyelamatan manusia dari penghisapan manusia atas
manusia yang dikumandangkan oleh ideologi sosialisme,
dan menolak hegemoni dan dominasi kapital terhadap
kehidupan manusia. Hakikatnya post modernisme menolak
ideologi kanan (kapitalisme) dan ideologi kiri
(sosialisme). Menurut George Ritzer (jurnal The
American Sosilogist No 10, 1975 yang dikutip oleh
Widodo Dwi Putro, Kompas, 23 September 2002), konfik
kanan-kiri yang menang adalah kanan (kapitalisme)
karena kapitalisme mempunyai kekuatan kapital dan
kekuasaan politik. Kemenangan kapitalisme atas
sosialisme dewasa ini (akhir abad 20) dikukuhkan oleh
tesis Francis Fukuyama dalam The End of History and
The Last Man, yang menjelaskan bahwa evolusi terakhir
ideologi manusia adalah demokrasi liberal karena
diterima diseluruh dunia dan menerima kapitalisme
sebagai cara produksi yang paling efektif, produktif,
dan efisien. Selanjutnya Fukuyama menjelaskan bahwa
dewasa ini kekuasaan tertinggi manusia adalah
Konsumerisme karena ideologi inilah yang paling
otoriter pada kehidupan manusia, dan ideologi ini
disebut The Late Capitalisme (kapitalisme akhir).
Kesadaran manusia tidak lagi dipersatukan oleh
ideologi kapitalisme dan sosialisme tetapi oleh
konsumerisme dan daya tarik gaya hidup; manusia tidak
peduli pada ideologi kapitalisme dan sosialisme tetapi
tertarik pada gaya hidup.

Post Marxisme
Post Marxisme adalah ideologi kaum intelektual bekas
kaum Marxist yang ingin memperbaiki nasib rakyat
jelata melalui program pembangunan yang dilaksanakan
oleh pemerintahan bourjuis. Post-Marxisme berlawanan
dengan Marxisme yaitu ideologi kaum buruh yang ingin
memperbaiki nasibnya melalui suatu revolusi sosial.
Dua ideologi itu memiliki sejarah yang berbeda.
Ideologi Marxisme, lahir dari kesadaran kaum buruh
untuk mengubah nasibnya dari penindasan dan
penghisapan kaum kapitalis melalui revolusi sosial.
Marxisme merupakan sejata idiil kaum buruh, dan buruh
menjadi senjata materiil Marxisme. Di atas kemenangan
revolusi sosial itu didirikan pemerintahan Demokrasi
Rakyat kemudian berkembang menjadi Diktatur
Proletariat yang mempunyai tugas utama memperbaiki
nasib kaum buruh dan kaum miskin lainnya. Sedangkan
ideologi Post-Marxisme, lahir dari bekas kaum Marxist
yang mengkritik beberapa point teori Marx antara lain
teori revolusi dan teori Negara Diktatur Proletariat.
Di samping itu post marxisme lahir dari kekosongan
posisi sosial pada saat perjuangan kelas pekerja (kaum
kiri) mengalami kemunduran, dan lahir dari pengaruh
kaum Neo-Liberalisme dengan tesis globalisme, di mana
kesejahteraan sosial harus diatur oleh ?Kedaulatan
Pasar Bebas?. Dalam tesis globalisme, kapital, ilmu,
teknologi, dan tenaga ahli adalah bebas mengarungi
samudera dan bebas menjelajah ke pelosok penjuru dunia
untuk mewujudkan kesejahteraan sosial.
Analisis
Konflik ideologi antara kapitalisme dan sosialisme
merupakan keharusan sejarah. Karena kapitalisme ingin
mempertahankan pemilikan perorangan atas alat-alat
produksi dan ingin mempertahankan penghisapan manusia
atas manusia melalui sistem kerja upahan di mana
besarnya upah ditentukan oleh pemilik kapital.
Sedangkan sosialisme ingin membebaskan manusia dari
belenggu rantai penghisapan manusia atas manusia dan
bangsa atas bangsa melalui revolusi di mana alat-alat
produksi harus menjadi milik bersama seluruh
masyarakat, digunakan bersama, dan hasilnya untuk
memenuhi kepentingan hidup bersama di bawah pengaturan
negara.
Dalam kapitalisme, negara adalah pelayan kaum
kapitalis. Negara harus membuat undang-undang untuk
melindungi kepemilikikan kapital kaum kapitalis. Di
samping itu negara harus melaksanakan kebijakan
politik yang melindungi dan menguntungkan kaum
kapitalis. Sedangkan sosialisme, negara adalah pelayan
rakyat. Negara harus membuat undang-undang untuk
melindungi kepemilikan bersama seluruh masyarakat atas
alat-alat produksi. Di samping itu negara harus
melaksanakan kebijakan politik yang melindungi dan
menguntungkan kaum pekerja (buruh).
Tentang lahirnya paham baru post modernisme dan post
marxisme yang dewasa ini sedang diminati oleh banyak
pemikir, itu hakikatnya adalah revisionisme yang akan
mengaburkan kesrakahan kapitalisme dan tesis revolusi
sosial menuju sosialisme. Post modernisme dan post
marxisme hanya ?kembang pemikiran? yang sedang mekar
tanpa didasari oleh kekuatan basis (sistem ekonomi).
Oleh sebab itu kembang pemikiran tersebut akan segera
layu dan berguguran.
Seperti tulisan Fukuyama, yang menjelaskan bahwa
kapitalisme akhir adalah hegemoninya dan dominasinya
konsumerisme, ia hanya melihat permukaan gejala sosial
saja, ia tidak melihat hakikat dari gejala sosial
tersebut. Demikian juga tentang post Marxisme,
paradigma itu hanya sebagai ?hiburan kaum intelektual
kiri? saja yang tidak sabar menunggu datangnya
revolusi sosial. Oleh sebab itu dengan lahirnya post
marxisme, bukan berarti Marxisme sudah mati. Post
Marxisme itu hanya aliran segelintir pemikir kiri yang
menyimpang dari Marxisme dan dapat dipastikan tidak
akan didengar oleh kaum pekerja (buruh), apalagi
dijadikan senjata morilnya. Kaum pekerja (buruh) di
mana pun selama masih ada kapitalisme tetap akan
menggunakan Marxisme sebagai senjata morilnya (senjata
perjuangannya).
Post modernisme hakikatnya adalah paradigma ?pemikir
bingung?, karena landasan berpikirnya adalah pikiran
itu sendiri, bukan kondisi riil kehidupan sosial. Oleh
sebab itu paradigma post modernisme dapat dipastikan
cenderung ke idealisme (pikiran yang melahirkan
kondisi obyektif, bukan kondisi obyektif yang
melahirkan pikiran). Baik post marxisme maupun post
modernisme hanya sebagai buah pikiran berdasar
pikiran, bukan buah pikiran berdasar kondisi obyektif
kehidupan sosial, akhirnya keduanya akan ditelan dan
hilang oleh sejarah perkembangan masyarakat, karena
hakikatnya sejarah adalah sejarah konflik kepentingan
kehidupan riil (kehidupan ekonomi) antara golongan
penguasa dengan golongan yang dikuasai, kemudian
berkembang menjadi konflik ideologi.

Jakarta, 23 September 2002.

Dr. Darsono P, SE, SF, MA, MM.

No comments: