Wednesday, April 1, 2009

ಪಾಪ್ culture

" Rule of Law" Kami Tak Tahu Mau Kemana...

ALL I wanna do is have some fun/ I got a feeling I'm not the only one -pokoknya senang-senang, dan kayaknya aku tidak sendirian. Itulah sepotong lirik lagu Sheryll Crow yang boleh jadi telah menjadi kredo generasi MTV ( Music Television) - generasi yang tercekoki musik MTV berikit gaya hidup yang dipengaruhinya.

Penampilan anak zaman MTV cerah, glamor, eksotik, dan suka kejutan mirip-mirip suguhan MTV. Lihatlah kaum muda yang pada 14-16 September lalu diajak majalah MTV Trax mengikuti acara Destination Nowhere. Mereka diajak pergi tanpa diberitahu kota tujuan dan mereka senang-senang saja. Tengok juga penampilan artis dan ratusan Anak Nongkrong MTV- sebutan bagi penikmat MTV - pada acara Penghragaan MTV Indonesia di Tennis Indoor Senayan, Jakarta (12/9) lalu.

Sekitar 40 peserta Destination Nowhere diminta datang ke bandara Soekarno-Hatta tanpa mengetahui tujuan penerbangan - kecuali mereka yang telah diam-diam menyelidik. Termasuk dalam rombongan adalah penyanyi Nina dan Ria dari kelompok vokal Warna, awak grup Cokelat, pemain sinetron Putri Patricia dan presenter televisi Anya Dwinov, Jodhy, sampai VJ MTV Arie, plus pembaca MTV Trax - ini majalah bulanan yang menampilkan gaya hidup penikmat MTV.

Tetek bengek urusan check in dan sejenisnya diurus penyelenggara. Awak pesawat Star Air pun tidak menyebut bandara tujuan saat memberi penjelasan sebelum pesawat tinggal landas. Mereka memang telah mengatur skenario dengan penyelenggara. Ketidakjelasan tujuan bukan masalah. Wajah-wajah mereka tetap cerah dan penuh canda. Belakangan menjelang pesawat mendarat baru ketahuan: mereka bakal mendarat di Bali.

"Anak-anak sekarang kalau diajak jalan-jalan kan oke-oke saja. Nggak tahu mau kemana yang penting jalan rame-rame," kata Yoris Sebastian, salah seorang direktur MRA Media yang menerbitkan MTV Trax.

Suasana penuh kejutan, shocks, yang disukai kaum muda itu mewarnai perjalanan. Kelompok Cokelat memberi kejutan dengan meluncurkan album Segi Tiga di atas pesawat. Vokalis Kikan melantunkan lagu di pesawat diiringi gitar dan perkusi. Awak Cokelat kemudian membagi-bagikan kaset kepada seluruh penumpang. Sebagian mereka meminta tanda tangan kepada band asal Bandung ini.

Di Bali peserta Destination Nowhere dimanja kesenangan. Antara lain bermain-main selancar dan body boarder di pantai Kuta. Olah raga air ini belakangan makin digemari kalangan muda dan menjadi bagian dari gaya hidup mereka. Malam harinya mereka menghabiskan waktu di Hard Rock Cafe, yang menghadap pantai Kuta itu.

***

PEMANDANGAN di acara Penghargaan MTV Indonesia 2003 bersemangat serupa: serba menyenangkan. Artis-artis seperti Sophia Latjuba, Audy, Reza, Titi DJ, Rachel Maryam, berjalan di hamparan karpet merah sepanjang sekitar 40 meter dalam acara Red Carpet. Suasana ini mengingatkan acara serupa penghargaan Grammy, Academy Awards alias pesta Oscar, atau penghargaan MTV .

Jalur karpet merah itu berpagar besi setinggi hampir dua satu setengah meter. Dengan pakaian serba seronok, para bintang dan selebritis melintasi karpet merah seperti dewa-dewi di awang-awang yang tak tersentuh tangan. Sementara puluhan wartawan berada di luar pagar memanggil-manggil mereka supaya bisa difoto.

Di arena acara, ratusan remaja yang mengidentifikasikan diri sebagai "Anak Nongkrong MTV" berteriak histeris memanggil nama artis penampil. Mereka juga ikut menyanyi keras-keras mengikuti lagu artis. Mereka saling berpegangan tangan atau berpelukan dengan pasangannya masing-masing. Beberapa diantaranya sibuk mengambil gambar selebritis dengan ponsel berfasilitas kamera digital.

***

PEMANDANGAN massa MTV di Bali dan Jakarta seperti menguatkan lirik Sheryll Crow: All I Wanna Do Is Have Some Fun / I Got A Feeling The Party Has Just Begun. (Pokoknya senang-senang, dan rasanya pesta telah dimulai).

Boleh jadi begitulah gaya generasi MTV: cerah, glamor, penuh warna, mengagetkan, atau juga provokatif. Gaya ini mirip-mirip dengan karakter suguhan MTV. Cobalah tongkrongi MTV barang sejam, dua jam. Serentetan musik video menyuguhkan rangkaian gambar-gambar cerah, glamor, eksotik, penuh kejutan, mengagetkan. Dengan kata lain, suguhan itu ditampilkan serba menghibur, menyenangkan.

Coba nikmati suguhan musik di MTV yang tidak memberi ruang untuk lagu-lagu murung atau bermenung-menung. Estetika klip video cenderung memuja gambar dinamik. Kolase gambar-gambar dirangkai dengan cepat dan menarik perhatian mata. Gambar-gambar itu menjadi kawan bagi musik yang cenderung bertempo cepat dan tidak melodik tapi serba riang dan mungkin juga berisik. Gambar heboh untuk musik riang disuguhkan bertubi-tubi setiap hari selama 24 jam di MTV.

Lihatlah penampilan Video Jockey (VJ) MTV yang serba lepas penuh canda tanpa basa-basi formal. Lihatlah Nirina, VJ MTV Indonesia, yang seperti gaya VJ MTV dimana pun, tampil cengengesan, cuek, spontan bicara ngalor-ngidul tanpa beban. Mereka tidak terjajah teks yang menjadikan penamplilan terlihat kaku dan formal. Tak ada kesan serius atau menegangkan selain suasana yang serba santai, penuh canda, menghibur dan menyenangkan. Anak Nongkrong MTV, tampaknya lebih menyukai image visual semacam itu.

Simak pula majalah MTV Trax. Selain berbicara soal musik majalah bulanan ini juga menampilkan pengalaman para pehobi pesta dalam artikel 24 Hours Party People. Ada pula komentar penyanyi Reza dan Titi DJ tentang pengalaman berpesta. Majalah yang bermur setahun ini suka menggunakan eksklamasi - ungkapan yang menyatakan rasa kaget -persis gaya VJ MTV, seperti Oops! Majalah ini menggunakan bahasa pergaulan sehari-hari, bahasa lisan - termasuk bahasa Inggris - seperti digunakan di MTV.

MTV, pangkalan hiburan musik Amerika yang muncul di awal 1980-an itu telah menjadi pop culture yang mempengaruhi gaya hidup kamum muda. Ini mengingatkan pada Beatles, Elvis Presley, atau James Dean. Mereka tak berhenti sebagai sosok musisi atau bintang film, tapi juga model rambut, pakaian, atau mungkin juga semacam pandangan hidup tertentu. Ingat jambul bebek si Elvis, potongan rambut John Lennon dan kawan-kawan, sampai jaket merah James Dean. Ingat pula himne perdamaian Beatles, All You Need is Love.

Begitu juga MTV yang ditonton kaum muda di Amerika, Russia, Eropa, Jepang, sampai Indonesia tidak berhenti sebagai hiburan audio visual. Dia tampaknya telah menjadi salah satu unsur yang mempengaruhi gaya hidup kaum muda di berbagai negeri. Dia menjadi bagian dari gelombang penyeragaman gaya yang disebut (maaf latah) globalisasi kaum muda - youth globalization.

Mereka dirangkul dengan musik berikut visualisasi yang kurang lebih sama.Mereka sama-sama menikmati musisi Michelle Branch, Daniel Bedingfield, Kelly Clarkson, sampai Linkin Park. Di masa lalu ada nama Michael Jackson sampai Billy Idol yang bagi penonton MTV saat ini sudah termasuk "barang klasik". Mereka juga diiming-imingi produk yang sama mulai dari minuman ringan, kopi instan, sepatu, sampai telepon seluler. Mereka diajak bersenang-senang seperti pesan Sheryll Crow.

Apakah MTV dengan musiknya telah mengajarkan gaya hidup generasi MTV tersebut? Entah. Tapi, bolehlah mengingat ucapan Shakespeare: If music be the food of love, play on - jika musik itu santapan kasih, mainkan saja. (LUK/XAR)

atau "Rule of Survival

No comments: